Kamis, 05 November 2015

MAKALAH PENDIDIKAN DAN MASYARAKAT



MAKALAH
PENDIDIKAN dan MASYARAKAT
Diajukan guna untuk memenuhi tugas terstruktur
Mata Kuliah    : Sosiologi Pendidikan
Dosen pengampu        : Drs. Asep Mulyana, M.Si



Disusun oleh :
Arif Hidayat (14121610662)
Ayu Puji Utami (14121610666)
Ismi Nurul Adillah (14121610690)

Tarbiyah IPA-Biologi A / III

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Pendidikan dan Masyarakatini. Sholawat beserta salam tak lupa kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita semua dari alam kejahilia ke alam yang terang benderang yang disinari oleh ilmu pengetahuan, iman dan islam.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah yang berjudul “Pendidikan dan Masyarakat” ini. Kami sadar, dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun.





                                                                                                            









Cirebon, 21 November 2013

                                                                                                                        Penyusun



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Masyarakat merupakan suatu kesatuan yang didasarkan ikatan-ikatan yang sudah teratur dan boleh dikatakan stabil. Sehubungan dengan ini maka dengan sendirinya masyarakat merupakan kesatuan yang dalam pembentukannya mempunyai gejala yang sama.
Sejumlah individu yang mempunyai kedudukan (status) yang sama menurut ukuran masyarakat dikatakan berada dalam suatu lapisan stratum. Pitirim A. Sorokin memberikan definisi sebagai berikut, suatu masyarakat ialah perbedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hiearchis).
Pelapisan sosial terjadi dengan sendirinya dan dengan disengaja. Adapun orang-orang yang menduduki lapisan tertentu dibentuk bukan berdasarkan atas kesengajaan yang disusun sebelumnya oleh masyarakat itu tetapi berjalan secara alamiah dengan sendirinya.
Oleh karena itu sifatnya yang tanpa disengaja inilah maka bentuk pelapisan dan dasar dari pelapisan itu bervariasi menurut tempat, waktu dan kebudayaan masyarakat dan yang disengaja pelapisan yang disusun dengan ditunjukkan untuk mengejar tujuan bersama. Di dalam sistem pelapisan ini ditentukan secara jelas dan tegas adanya wewenang dan kekuasannya yang diberikan kepada seseorang.
Beberapa pemikiran tentang pelapisan sosial ini muncul karena adanya ketidaksamaan status-status diantara individu-individu serta adanya ukuran tentang apa yang sangat dihargai dan dijadikan ukuran oleh masyarakat. Penghargaan yang lebih tinggi terhadap hal-hal tertentu akan menempatkan hal tersebut pada kedudukan yang lebih tinggi dari hal-hal lainnya.
Kalau masyarakat lebih menghargai kekayaan material daripada kehormatan misalnya, mereka yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pihak-pihak lainnya, gejala tersebut menimbulkan lapisan masyarakat yang merupakan pembedaan posisi seseorang atau suatu kelompok dalam kedudukan yang berbeda-beda secara vertikal dan selanjutnya ada yang membagi pelapisan sosial ini menjadi beberapa lapisan yakni :
1.      Masyarakat yang terdiri dari kelas atas (upper class) dan kelas bawah (lower class).
2.      Masyarakat yang terdiri dari kelas atas (upper class), kelas menengah (middle class) dan kelas bawah (lower class).
3.      Masyarakat yang terdiri dari kelas atas (upper class), kelas menengah (middle class), kelas menengah bawah (lower middle class) dan kelas bawah (lower class). Orang-orang yang berada pada kelas bawah (lower) biasanya lebih banyak (mayoritas) daripada di kelas menengah (middle) apalagi pada kelas atas (upper). Semakin keatas semakin sedikit jumlah orang yang berada pada posisi kelas atas (upper class).

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan pendidikan dan lingkungan sosial?
2.      Apa saja faktor-faktor dalam perkembangan manusia?
3.      Apa fungsi sekolah?
4.      Bagaimana perubahan sosial dan pendidikan?
5.      Bagaimana peranan pendidikan dalam masyarakat?
6.      Apa saja masalah yang terdapat dalam masyarakat akan pendidikan?

C.    Tujuan
1.      Untuk dapat memahami pendidikan dan lingkungan sosial.
2.      Untuk dapat mengetahui faktor-faktor dalam perkembangan manusia.
3.      Untuk dapat mengetahui fungsi sekolah.
4.      Untuk dapat memahami perubahan sosial dan pendidikan.
5.      Untuk dapat mengaplikasikan peranan pendidikan dalam masyarakat.
6.      Untuk dapat mengetahui masalah yang terdapat dalam masyarakat akan pendidikan.






BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pendididkan dan Lingkungan Sosial
Pendidikan berkenaan dengan perkembangan dan perubahan kelakuan anak didik. Pendidikan berikatan dengan trasmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek kelakuan lainnya kepada generasi muda. Kelakuan manusia pada hakikatnya hampir seluruhnya bersifat sosial, yakni dipelajari dalam interaksi dengan manusia lainnya. Hampir semua yang kita pelajari merupakan hasil hubungan kita dengan orang lain dirumah, sekolah, tempat bermain, pekerjaan dan sebagainya (Hasbullah. 2005: 56).
Dalam arti ini pendidikan dimulai dengan interaksi pertama individu dengan anggota masyarakat lainnya, misalnya pada saat pertama kali bayi dibiasakan minum menurut waktu tertentu. Dalam masyarakat primitif tidak ada pendidikan formal yang tersendiri. Setiap anak harus belajar dari lingkungan sosialnya dan harus menguasai sejumlah kekuatan yang diharapkan pada saatnya tanpa adanya guru tertentu yang bertanggung jawab atas kelakuannya (Hasbullah. 2005: 56).
Juga dalam masyarakat yang maju kebanyakan kebiasaan dan pola kelakuan yang pokok dalam kebudayaan dipelajari melalui proses pendidikan atau sosialisasi informal, bahasa, kebiasaan makan, dan kepribadian fundamental sebagian besar diperoleh melalui pendidikan non formal.

B.     Faktor-faktor dalam Perkembangan Manusia 
Perkembangan manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor yakni faktor biologis, lingkungan alamiah , dan lingkungan sosial budaya. Mengutamakan salah satu aspek memberikan gambaran yang kurang tepat. Kepribadian tak dapat dilepaskan dari aspek biologis (Nasution. 1994: 76).
Lingkungan alamiah seperti iklim dan faktor-faktor geografis lainnya memberikan tempat dan bahan yang perlu bagi kehidupan seperti oksigen, bahan untuk produksi bahan makan, hujan, matahari, dan sebagainya. Lingkungan alam merangsang bentuk kelakuan tertentu, seperti laut untuk menangkap ikan, berlayar berdagang, padang rumput untuk ternak dan lain sebaginya.
Faktor ketiga dalam perkembangan manusia ialah lingkungan sosial budaya, semua manusia hidup dalam suatu kelompok dan saling berhubungan melalui lambang-lanbang, khususnya bahasa. Manusia mempelajari kelakuan dari orang lain di lingkungan sosialnya. Lingkungan sosial budaya mengandung dua unsur yakni:
1.      Unsur sosial yakni interaksi diantara manusia.
2.      Unsur budaya yakni bentuk kelakuan yang sama yang terdapat dikalangan kelompok manusia.
Dalam proses sosialisasi manusia mengembangkan lambang-lambang sebagai alat komunikasi, bahasa yang memudahkan transmisi pengalaman kepada generasi muda. Seluruh pendidikan berlangsung melalui interaksi sosial.  

C.    Fungsi Sekolah 
1.      Sekolah menyiapkan anak untuk suatu pekerjaan.
2.      Sekolah memberikan keterampilan dasar.
3.      Sekolah membuka kesempatan untuk memperbaiki nasib.
4.      Sekolah menyiapkan tenaga pembangunan.
5.      Sekolah membantu memecahkan masalah-masalah sosial.
6.      Sekolah mentransmisi kebudayaan.
7.      Sekolah membentuk manusia yang sosial.
8.      Sekolah merupakan alat mentrasformasi kebudayaan (Soekanto. 2006: 58).

D.    Kontrol Sosial dan Pendidikan
Dengan kontrol sosial dalam arti yang luas dimaksud setiap usaha atau tindakan dari seseorang atau suatu pihak untuk mengatur orang lain. Dalam arti yang sempit dengan kontrol sosial dimaksud pengendalian eksternal atas kelakuan individu oleh orang lain yang memegang otoritas atau kekuasaan (Soekanto. 2006: 59).

E.     Sekolah sebagai Alat Kontrol dan Integrasi Sosial
Sekolah memegang peranan penting dalam sosialisasi anak-anak. Ada empat cara yang dapat digunakan sekolah yakni:
1.      Transmisi kebudayaan, termasuk norma-norma, nilai-nilai dan informasi melalui pengajaran secara langsung.
2.      Mengadakan kumpulan-kumpulan sosial seperti perkumpulan sekolah, pramuka, kelompok olagraga, dan lain-lain.
3.      Memperkenalkan anak-anak dengan tokoh yang dapat dijadikan anak sebagai model yang dapat ditiru kelakuannya.
4.      Menggunakan tindakan yang positif dan negatif untuk mengharuskan murid mengikuti kelakuan yang layak dalam bimbingan sosial (Zubaedi. 2000: 33).

F.     Kontrol Eksternal dan Pendidikan
Kontrol langsung disekolah bersumber langsung pada sekolah dan guru. Merekalah yang menentukan kelakuan yang bagaimana yang diharapkan murid-murid. Dalam hal guru menghadapi situasi yang tidak jelas dituangkan dalam bentuk peraturan, ia harus berunding dengan kepala sekolah.
Tujuan kontrol bermacam-macam. Pada satu pihak diinginkan perubahan, pembangunan perluasan mobilitas sosial, dilain pihak ada usaha untuk mempertahankan status dan melestarikan norma-norma budaya yang ada. Alat kontrol yang digunakan antara lain berupa syarat pemilihan dan pengangkatan guru, serta peraturan-peraturan kepegawaian. Kontrol eksternal itu biasanya diterima dan disetujui oleh guru-guru dan diinternalisasikan dalam sikap mereka lalu menjadi norma yang dijadikan pegangan dalam kelakuan dan tindakan mereka sebagai pengajar (Zubaedi. 2000: 34).

G.    Perubahan Sosial dan Pendidikan
Kecepatan perubahan sosial dalam berbagai masyarakat tentu berbeda-beda. Perubahan dalam masyarakat terpencil berjalan lambat, akan tetapi bila dengan terbukanya komunikasi dan trasportasi daerah itu berkenalan dengan dunia modern, maka masyarakat ini akan berkembang dengan lebih cepat. Ada aspek-aspek kebudayaan seperti adat istiadat yang telah disampaikan secara turun-temurun dalam bentuk aslinya, akan tetapi banyak pula adat kebiasaan yang mengalami perubahan, terutama dalam masyarakat modern.  
Adapun faktor pendorong perubahan sosial, menurut beberapa ahli adalah :
1.   Menurut Alvin Betrand, awal dari proses perubahan sosial adalah komunikasi yaitu penyampaian ide, gagasan, nilai, kepercayaan, keyakinan dan sebagainya, dari satu pihak ke pihak lainnya sehingga dicapai kata kesepahaman.
2.   Menurut David Mc Clelland, dorongan untuk perubahan adalah adanya hasrat meraih prestasi (need for achievement) yang melanda masyarakat.
3.   Menurut Prof. Soerjono Soekanto, perubahan sosial disebabkan oleh faktor intern dalam masyarakat itu dan faktor ekstern.
-          Faktor Intern antara lain:
a.       Bertambah dan berkurangnya penduduk (kelahiran, kematian, migrasi).
b.      Adanya Penemuan Baru:
·      Discovery: penemuan ide atau alat baru yang sebelumnya belum pernah ada
·      Invention: penyempurnaan penemuan baru.
·      Innovation/Inovasi: pembaruan atau penemuan baru yang diterapkan dalam kehidupan masyarakat sehingga menambah, melengkapi atau mengganti yang telah ada. Penemuan baru didorong oleh kesadaran masyarakat akan kekurangan unsur dalam kehidupannya, kualitas ahli atau anggota masyarakat
·      Konflik yang terjadi dalam masyarakat.
·      Pemberontakan atau revolusi.
-          Faktor Ekstern antara lain:
a.       Perubahan alam.
b.      Peperangan.
c.       Pengaruh kebudayaan lain melalui difusi (penyebaran kebudayaan), akulturasi (pembauran antar budaya yang masih terlihat masing-masing sifat khasnya), asimilasi (pembauran antar budaya yang menghasilkan budaya yang sama sekali baru, batas budaya lama tidak tampak lagi).
Jadi menurut Soerjono Soekanto  faktor pendorong perubahan sosial adalah:
1.      Sikap menghargai hasil karya orang lain.
2.      Keinginan untuk maju.
3.      Sistem pendidikan yang maju.
4.      Toleransi terhadap perubahan.
5.      Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang kehidupan tertentu.
6.      Orientasi ke masa depan.
7.      Sikap mudah menerima hal baru (Soekanto. 2006: 64).

H.    Pendidikan sebagai Daya Pengubah
Pendidikan berfungsi untuk menyampaikan, meneruskan atau mentransmisi kebudayaan, diantaranya nilai-nilai luhur nenek moyang, kepada generasi muda. Dalam hal ini sekolah merupakan “agent of change” (lembaga pengubah). Sekolah mempunyai fungsi trasformatif akan tetapi dalam norma-norma sosial, seperti sturktur keluarga, agama, filsafat bangsa, sekolah cenderung mempertahankan yang lama dan dengan demikian mencegah terjadinya perubahan yang dapat mengancam keutuhan bangsa (Soekanto. 2006: 68).

I.       Pendidikan dan Pembaharuan Masyarakat
Ada para pendidik yang menaruh kepercayaan yang besar sekali akan kekuasaan pendidikan dalam membentuk masyarakat baru. Karena itu setiap anak diharapkan memasuki sekolah dan dapat diberikan ide-ide baru tentang masyarakat yang lebih indah dari pada yang sudah-sudah (Soekanto. 2006: 69).
Tak dapat diharapkan bahwa guru-gurulah yang akan mengambil inisiatif untuk mengadakan reformasi, oleh sebab guru itu sendiri diangkat oleh pihak yang berkuasa dan telah menerima norma-norma yang dipersyaratkan oleh atasannya.
Tentu saja sekolah dapat digunakan oleh yang berkuasa untuk mengadakan perubahan-perubahan radikal yang diinginkan oleh pihak yang berkuasa itu, seperti dilakukan oleh Hitler di Jerman partai komunis di Uni Sovyet , Jepang didaerah jajahan dulu dan sebagainya.
Perubahan-perubahan itu antara lain tercermin dalam perubahan dan pembaharuan kurikulum dan sistem pendidikan peralihan dari zaman kolonial ke zaman kemerdekaan memerlukan berbagi perubahan kurikulum.

J.      Peranan Pendidikan Dalam Masyarakat
Sebagian besar masyarakat modern memandang lembaga-lembaga pendidikan sebagai peranan kunci dalam mencapai tujuan sosial. Pemerintah bersama orang tua telah menyediakan anggaran pendidikan yang diperlukan secara besar-besaran untuk kemajuan sosial dan pembangunan bangsa, untuk mempertahankan nilai-nilai tradisional yang berupa nilai-nilai luhur yang harus dilestarikan seperti rasa hormat kepada orang tua, kepada pemimpin kewajiban untuk mematuhi hukum-hukum dan norma-norma yang berlaku, jiwa patriotisme dan sebagainya (Nasution. 1994: 54).
Pendidikan juga diharapkan untuk memupuk rasa takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kemajuan-kemajuan dan pembangunan politik, ekonomi, sosial dan pertahanan keamanan. Pendek kata pendidikan dapat diharapkan untuk mengembangkan wawasan anak terhadap ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan secara tepat dan benar, sehingga membawa kemajuan pada individu masyarakat dan negara untuk mencapai tujuan pembangunan nasional.
Berbicara tentang fungsi dan peranan pendidikan dalam masyarakat adalah:
1.      Fungsi Sosialisasi
Di dalam masyarakat pra industri, generasi baru belajar mengikuti pola perilaku generasi sebelumnya tidak melalui lembaga-lembaga sekolah seperti sekarang ini. Pada masyarakat pra industri tersebut anak belajar dengan jalan mengikuti atau melibatkan diri dalam aktivitas orang-orang yang telah lebih dewasa. Anak-anak mengamati apa yang mereka lakukan, kemudian menirunya dan anak-anak belajar dengan berbuat atau melakukan sesuatu sebagaimana dilakukan oleh orang-orang yang telah dewasa.
Dengan semakin majunya masyarakat, pola budaya menjadi lebih kompleks dan memiliki diferensiasi antara kelompok masyarakat yang satu dengan yang lain, antara yang dianut oleh individu yang satu dengan individu yang lain. Dengan perkataan lain masyarakat tersebut telah mengalami perubahan-perubahan sosial. Ketentuan-ketentuan untuk berubah ini mengakibatkan terjadinya setiap transmisi budaya dan satu generasi ke generasi berikutnya selalu menjumpai permasalahan-permasalahan.
Di dalam suatu masyarakat sekolah telah melembaga demikian kuat, maka sekolah menjadi sangat diperlukan bagi upaya menciptakan/melahirkan nilai-nilai budaya baru (cultural reproduction). Dengan berdasarkan pada proses reproduksi budaya tersebut, upaya mendidik anak-anak untuk mencintai dan menghormati tatanan lembaga sosial dan tradisi yang sudah mapan adalah menjadi tugas dari sekolah. Termasuk di dalam lembaga-lembaga sosial tersebut diantaranya adalah keluarga, lembaga keagamaan, lembaga pemerintahan dan lembaga-lembaga ekonomi. Di dalam permulaan masa-masa pendidikannya, merupakan masa yang sangat penting bagi pembentukan dan pengembangan pengadopsian nilai-nilai ini. Masa-rnasa pembentukan dan pembangunan upaya pengadopsian ini dilakukan sebelum anak-anak mampu memiliki kemampuan kritik dan evaluasi secara rasional (Nasution. 1994: 56).

2.      Fungsi Kontrol Sosial
Sekolah sebagai lembaga yang berfungsi untuk mempertahankan dan mengembangkan tatanan-tatanan sosial serta kontrol sosial mempergunakan program-program asimilasi dan nilai-nilai yang beraneka ragam, ke dalam nilai-nilai yang dominan yang memiliki dan menjadi pola anutan bagi sebagian masyarakat.
Sekolah berfungsi untuk mempersatukan nilai-nilai dan pandangan hidup etnik yang beranekaragam menjadi satu pandangan yang dapat diterima seluruh etnik. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa sekolah berfungsi sebagai alat pemersatu dan segala aliran dan pandangan hidup yang dianut oleh para siswa. Sebagai contoh sekolah di Indonesia, sekolah harus menanamkan nilai-nilai Pancasila yang dianut oleh bangsa dan negara Indonesia kepada anak-anak di sekolah (Nasution. 1994: 57).

3.      Fungsi Pelestarian Budaya Masyarakat
Sekolah di samping mempunyai tugas untuk mempersatu budaya-budaya etnik yang beraneka ragam juga harus melestarikan nilai-nilai budaya daerah yang masih layak dipertahankan seperti bahasa daerah, kesenian daerah, budi pekerti dan suatu upaya mendayagunakan sumber daya lokal bagi kepentingan sekolah dan sebagainya.
Fungsi sekolah berkaitan dengan konservasi nilai-nilai budaya daerah ini ada dua fungsi sekolah yaitu pertama sekolah digunakan sebagai salah satu lembaga masyarakat untuk mempertahankan nilai-nilai tradisional masyarakat dari suatu masyarakat pada suatu daerah tertentu umpama sekolah di Jawa Tengah, digunakan untuk mempertahankan nilai-nilai budaya Jawa Tengah, sekolah di Jawa Barat untuk mempertahankan nilai-nilai budaya Sunda, sekolah di Sumatera Barat untuk mempertahankan nilai-nilai budaya Minangkabau dan sebagainya dan kedua sekolah mempunyai tugas untuk mempertahankan nilai-nilai budaya bangsa dengan mempersatukan nilai-nilai yang ada yang beragam demi kepentingan nasional (Nasution. 1994: 58).

4.      Fungsi Seleksi, Latihan dan Pengembangan Tenaga Kerja
Proses seleksi terjadi di segala bidang baik akan masuk sekolah maupun akan masuk pada jabatan tertentu. Untuk masuk sekolah tertentu harus mengikuti ujian tertentu, untuk masuk suatu jabatan tertentu harus mengikuti testing kecakapan tertentu. Sebagai contoh untuk dapat masuk pada suatu sekolah menengah tertentu harus menyerahkan nllai EBTA Murni (NEM).
Sekolah sebagai lembaga yang berfungsi untuk latihan dan pengembangan tenaga kerja mempunyai dua hal. Pertama sekolah digunakan untuk menyiapkan tenaga kera profesional dalam bidang spesialisasi tertentu. Untuk memenuhi ini berbagai bidang studi dibuka untuk menyiapkan tenaga ahli dan terampil dan berkemampuan yang tinggi dalam bidangnya. Kedua dapat digunakan untuk memotivasi para pekerja agar memiliki tanggung jawab terhadap kanier dan pekerjaan yang dipangkunya.
Sekolah mengajarkan bagaimanan menjadi seorang yang akan memangku jabatan tertentu, patuh terhadap pimpinan, rasa tanggung jawab akan tugas, disiplin mengerjakan tugas sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Sekolah juga mendidik agar seseorang dapat menghargai harkat dan martabat manusia, memperlakukan manusia sebagai manusia, dengan memperhatikan segala bakat yang dimilikinya demi keberhasilan dalam tugasnya.
Sekolah mempunyai fungsi pengajaran, latihan dan pendidikan. Fungsi pengajaran untuk menyiapkan tenaga yang cakap dalam bidang keahlian yang ditekuninya. Fungsi latihan untuk mendapatkan tenaga yang terampil sesuai dengan bidangnya, sedang fungsi pendidikan untuk menyiapkan seorang pribadi yang baik untuk menjadi seorang pekerja sesuai dengan bidangnya. Jadi fungsi pendidikan ini merupakan pengembangan pribadi sosial (Nasution. 1994: 58).

5.      Fungsi Pendidikan dan Perubahan Sosial
Pendidikan mempunyai fungsi untuk mengadakan perubahan sosial mempunyai fungsi, sebagai berikut:
a.       Reproduksi budaya
Sekolah berfungsi sebagai reproduksi budaya menempatkan sekolah sebagai pusat penelitian dan pengembangan. Fungsi semacam ini merupakan fungsi pada perguruan tinggi. Pada sekolah-sekolah yang lebih rendah, fungsi ini tidak setinggi pada tingkat pendidikan tinggi.
b.      Difusi budaya
Lembaga-lembaga pendidikan disamping berfungsi sebagai penghasil nilai-nilai budaya baru juga sebagai difusi budaya (cultural diffission). Kebijaksanaan-kebijaksanaan sosial yang kemudian diambil tentu berdasarkan pada hasil budaya dan difusi budaya. Sekolah-sekolah tersebut bukan hanya menyebarkan penemuan-penemuan dan informasi-informasi baru tetapi juga menanamkan sikap-sikap, nilai-nilai dan pandangan hidup baru yang semuanya itu dapat memberikan kemudahan-kemudahan serta memberikan dorongan bagi terjadinya perubahan sosial yang berkelanjutan.
c.       Mengembangkan analisis kultural terhadap kelembagaan-kelembagaan tradisional.
d.      Melakukan perubahan-perubahan atau modifikasi tingkat ekonomi sosial tradisional.
e.       Melakukan perubahan-perubahan yang lebih mendasar terhadap institusi-institusi tradisional yang telah ketinggalan (Nasution. 1994: 59).

6.      Fungsi Sekolah dalam Masyarakat
a.       Sebagai partner masyarakat
Sekolah sebagai partner masyarakat akan dipengaruhi oleh corak pengalaman seseorang di dalam lingkungan masyarakat. Pengalarnan pada berbagai kelompok masyarakat, jenis bacaan, tontonan serta aktivitas-aktivitas lainnya dalam masyarakat dapat mempengaruhi fungsi pendidikan yang dimainkan oleh sekolah. Sekolah juga berkepentingan terhadap perubahan lingkungan seseorang di dalam masyarakat. Perubahan lingkungan itu antara lain dapat dilakukan melalui fungsi layanan bimbingan, penyediaan forum komunikasi antara sekolah dengan lembaga sosial lain dalam masyarakat. Sebaliknya partisipasi sadar seseorang untuk selalu belajar dari lingkungan masyarakat, sedikit banyak juga dipengaruhi oleh tugas-tugas belajar serta pengarahan belajar yang dilaksanakan di sekolah.
Fungsi sekolah sebagai partner masyarakat akan dipengaruhi pula oleh sedikit banyaknya serta fungsional tidaknya pendayagunaan sumber-sumber belajar di masyarakat. Kekayaan sumber belajar dalam masyarakat seperti adanya orang-orang sumber, perpustakaan, museum, surat kabar, majalah dan sebagainya dapat digunakan oleh sekolah dalam menunaikan fungsi pendidikan (Nasution. 1994: 60).

b.      Sebagai penghasil tenaga kerja
Sebagai produser kebutuhan pendidikan masyarakat sekolah dan masyarakat memiliki ikatan hubungan rasional di antara keduanya. Pertama, adanya kesesuaian antara fungsi pendidikan yang dimainkan oleh sekolah dengan apa yang dibutuhkan masyarakat. Kedua, ketepatan sasaran atau target pendidikan yang ditangani oleh lembaga persekolahan akan ditentukan pula oleh kejelasan perumusan kontrak antara sekolah selaku pelayan dengan masyarakat selaku pemesan. Ketiga, keberhasilan penunaian fungsi sekolah sebagai layanan pesanan masyarakat sebagian akan dipengaruhi oleh ikatan objektif di antara keduanya.
Ikatan objektif ini dapat berupa perhatian, penghargaan dan tunjangan tertentu seperti dana, fasilitas dan jaminan objektif lainnya yang memberikan makna penting eksistensi (Nasution. 1994: 52).

K.    Empat Sumber Masalah yang terdapat pada masyarakat akan pendidikan
1.      Rendahnya kesadaran multikultural.
2.      Penafsiran otonomi daerah yang masih lemah.
3.      Kurangnya sikap kreatif dan produktif.
4.      Rendahnya kesadaran moral dan hukum (Gunawa. 2000. 43).


















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Kelakuan manusia pada hakikatnya hampir seluruhnya bersifat sosial, yakni dipelajari dalam interaksi dengan manusia lainnya. Hampir semua yang kita pelajari merupakan hasil hubungan kita dengan orang lain dirumah, sekolah, tempat bermain, pekerjaan dan sebagainya.
2.      Perkembangan manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor yakni faktor biologis, lingkungan alamiah , dan lingkungan sosial budaya.
3.      Kontrol eksternal itu biasanya diterima dan disetujui oleh guru-guru dan diinternalisasikan dalam sikap mereka lalu menjadi norma yang dijadikan pegangan dalam kelakuan dan tindakan mereka sebagai pengajar.
4.      Sebagian besar masyarakat modern memandang lembaga-lembaga pendidikan sebagai peranan kunci dalam mencapai tujuan sosial.



















DAFTAR PUSTAKA

Gunawa, H. 2000. Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis tentang Berbagai Problem
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Hasbullah. 2005. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Nasution, S. 1994. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Soekanto, Soerjono. 2006. Pengantar Sosiologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Zubaedi. 2000. Pendidikan Berbasis Masyarakat. Jakarta: Pustaka Pelajar.

2 komentar:

  1. 1xbet korean | Legalbet
    1xbet korean. Online Sports Betting. Soccer. Soccer. Cricket. Soccer. Football. deccasino Basketball. 1xbet korean Tennis. Football. Golf. Basketball. งานออนไลน์ Tennis.

    BalasHapus