MAKALAH
PENDIDIKAN dan MASYARAKAT
Diajukan
guna untuk memenuhi tugas terstruktur
Mata
Kuliah : Sosiologi Pendidikan
Dosen
pengampu : Drs. Asep Mulyana, M.Si

Disusun
oleh :
Arif
Hidayat (14121610662)
Ayu Puji Utami
(14121610666)
Ismi Nurul Adillah
(14121610690)
Tarbiyah
IPA-Biologi A / III
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN)
SYEKH
NURJATI CIREBON
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karuniaNya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Pendidikan dan Masyarakat” ini. Sholawat beserta salam tak lupa kami haturkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita semua dari alam kejahilia ke alam yang terang benderang yang disinari oleh ilmu
pengetahuan, iman dan islam.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu
dalam menyelesaikan makalah yang berjudul “Pendidikan dan Masyarakat” ini. Kami sadar, dalam penyusunan
makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu kami mengharapkan saran dan
kritik yang bersifat membangun.
Cirebon, 21 November 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat merupakan suatu
kesatuan yang didasarkan ikatan-ikatan yang sudah teratur dan boleh dikatakan
stabil. Sehubungan dengan ini maka dengan sendirinya masyarakat merupakan
kesatuan yang dalam pembentukannya mempunyai gejala yang sama.
Sejumlah individu yang mempunyai
kedudukan (status) yang sama menurut ukuran masyarakat dikatakan berada dalam
suatu lapisan stratum. Pitirim A. Sorokin memberikan definisi sebagai berikut, suatu
masyarakat ialah perbedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas yang
tersusun secara bertingkat (hiearchis).
Pelapisan sosial terjadi dengan
sendirinya dan dengan disengaja. Adapun orang-orang yang menduduki lapisan
tertentu dibentuk bukan berdasarkan atas kesengajaan yang disusun sebelumnya
oleh masyarakat itu tetapi berjalan secara alamiah dengan sendirinya.
Oleh karena itu sifatnya yang
tanpa disengaja inilah maka bentuk pelapisan dan dasar dari pelapisan itu
bervariasi menurut tempat, waktu dan kebudayaan masyarakat dan yang disengaja
pelapisan yang disusun dengan ditunjukkan untuk mengejar tujuan bersama. Di
dalam sistem pelapisan ini ditentukan secara jelas dan tegas adanya wewenang
dan kekuasannya yang diberikan kepada seseorang.
Beberapa pemikiran tentang
pelapisan sosial ini muncul karena adanya ketidaksamaan status-status diantara
individu-individu serta adanya ukuran tentang apa yang sangat dihargai dan
dijadikan ukuran oleh masyarakat. Penghargaan yang lebih tinggi terhadap
hal-hal tertentu akan menempatkan hal tersebut pada kedudukan yang lebih tinggi
dari hal-hal lainnya.
Kalau masyarakat lebih menghargai
kekayaan material daripada kehormatan misalnya, mereka yang lebih tinggi
apabila dibandingkan dengan pihak-pihak lainnya, gejala tersebut menimbulkan
lapisan masyarakat yang merupakan pembedaan posisi seseorang atau suatu
kelompok dalam kedudukan yang berbeda-beda secara vertikal dan selanjutnya ada
yang membagi pelapisan sosial ini menjadi beberapa lapisan yakni :
1.
Masyarakat yang terdiri dari kelas atas (upper class) dan kelas bawah
(lower class).
2.
Masyarakat yang terdiri dari kelas atas (upper class), kelas menengah
(middle class) dan kelas bawah (lower class).
3.
Masyarakat yang terdiri dari kelas atas (upper class), kelas menengah
(middle class), kelas menengah bawah (lower middle class) dan kelas bawah
(lower class). Orang-orang yang berada pada kelas bawah (lower) biasanya lebih
banyak (mayoritas) daripada di kelas menengah (middle) apalagi pada kelas atas
(upper). Semakin keatas semakin sedikit jumlah orang yang berada pada posisi
kelas atas (upper class).
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan pendidikan dan lingkungan sosial?
2.
Apa saja faktor-faktor dalam perkembangan manusia?
3.
Apa fungsi sekolah?
4.
Bagaimana perubahan sosial dan pendidikan?
5.
Bagaimana peranan pendidikan dalam masyarakat?
6.
Apa saja masalah yang terdapat dalam masyarakat akan pendidikan?
C.
Tujuan
1.
Untuk dapat memahami pendidikan dan lingkungan sosial.
2.
Untuk dapat mengetahui faktor-faktor dalam perkembangan manusia.
3.
Untuk dapat mengetahui fungsi sekolah.
4.
Untuk dapat memahami perubahan sosial dan pendidikan.
5.
Untuk dapat mengaplikasikan peranan pendidikan dalam masyarakat.
6.
Untuk dapat mengetahui masalah yang terdapat dalam masyarakat akan
pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendididkan dan Lingkungan Sosial
Pendidikan berkenaan dengan perkembangan dan perubahan kelakuan anak didik.
Pendidikan berikatan dengan trasmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan,
keterampilan dan aspek-aspek kelakuan lainnya kepada generasi muda. Kelakuan
manusia pada hakikatnya hampir seluruhnya bersifat sosial, yakni dipelajari
dalam interaksi dengan manusia lainnya. Hampir semua yang kita pelajari
merupakan hasil hubungan kita dengan orang lain dirumah, sekolah, tempat bermain,
pekerjaan dan sebagainya (Hasbullah. 2005: 56).
Dalam arti ini pendidikan dimulai dengan interaksi pertama individu dengan
anggota masyarakat lainnya, misalnya pada saat pertama kali bayi dibiasakan
minum menurut waktu tertentu. Dalam masyarakat primitif tidak ada pendidikan
formal yang tersendiri. Setiap anak harus belajar dari lingkungan sosialnya dan
harus menguasai sejumlah kekuatan yang diharapkan pada saatnya tanpa adanya
guru tertentu yang bertanggung jawab atas kelakuannya (Hasbullah. 2005: 56).
Juga dalam masyarakat yang maju kebanyakan kebiasaan dan pola kelakuan yang
pokok dalam kebudayaan dipelajari melalui proses pendidikan atau sosialisasi
informal, bahasa, kebiasaan makan, dan kepribadian fundamental sebagian besar diperoleh
melalui pendidikan non formal.
B. Faktor-faktor dalam Perkembangan
Manusia
Perkembangan manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor yakni faktor biologis,
lingkungan alamiah , dan lingkungan sosial budaya. Mengutamakan salah satu
aspek memberikan gambaran yang kurang tepat. Kepribadian tak dapat dilepaskan
dari aspek biologis (Nasution. 1994: 76).
Lingkungan alamiah seperti iklim dan faktor-faktor geografis lainnya
memberikan tempat dan bahan yang perlu bagi kehidupan seperti oksigen, bahan
untuk produksi bahan makan, hujan, matahari, dan sebagainya. Lingkungan alam
merangsang bentuk kelakuan tertentu, seperti laut untuk menangkap ikan, berlayar
berdagang, padang rumput untuk ternak dan lain sebaginya.
Faktor ketiga dalam perkembangan manusia ialah lingkungan sosial budaya,
semua manusia hidup dalam suatu kelompok dan saling berhubungan melalui lambang-lanbang,
khususnya bahasa. Manusia mempelajari kelakuan dari orang lain di lingkungan
sosialnya. Lingkungan sosial budaya mengandung dua unsur yakni:
1.
Unsur sosial yakni interaksi diantara manusia.
2.
Unsur budaya yakni bentuk kelakuan yang sama yang terdapat dikalangan
kelompok manusia.
Dalam proses sosialisasi manusia mengembangkan lambang-lambang sebagai alat
komunikasi, bahasa yang memudahkan transmisi pengalaman kepada generasi muda. Seluruh
pendidikan berlangsung melalui interaksi sosial.
C. Fungsi Sekolah
1.
Sekolah menyiapkan anak untuk suatu pekerjaan.
2.
Sekolah memberikan keterampilan dasar.
3.
Sekolah membuka kesempatan untuk memperbaiki nasib.
4.
Sekolah menyiapkan tenaga pembangunan.
5.
Sekolah membantu memecahkan masalah-masalah sosial.
6.
Sekolah mentransmisi kebudayaan.
7.
Sekolah membentuk manusia yang sosial.
8.
Sekolah merupakan alat mentrasformasi kebudayaan (Soekanto. 2006: 58).
D. Kontrol Sosial dan Pendidikan
Dengan kontrol sosial dalam arti yang luas dimaksud setiap usaha atau
tindakan dari seseorang atau suatu pihak untuk mengatur orang lain. Dalam arti
yang sempit dengan kontrol sosial dimaksud pengendalian eksternal atas kelakuan
individu oleh orang lain yang memegang otoritas atau kekuasaan (Soekanto. 2006: 59).
E. Sekolah sebagai Alat Kontrol dan
Integrasi Sosial
Sekolah memegang peranan penting dalam sosialisasi anak-anak. Ada empat
cara yang dapat digunakan sekolah yakni:
1.
Transmisi kebudayaan, termasuk norma-norma, nilai-nilai dan informasi
melalui pengajaran secara langsung.
2.
Mengadakan kumpulan-kumpulan sosial seperti perkumpulan sekolah, pramuka, kelompok
olagraga, dan lain-lain.
3.
Memperkenalkan anak-anak dengan tokoh yang dapat dijadikan anak sebagai
model yang dapat ditiru kelakuannya.
4.
Menggunakan tindakan yang positif dan negatif untuk mengharuskan murid
mengikuti kelakuan yang layak dalam bimbingan sosial (Zubaedi. 2000: 33).
F. Kontrol Eksternal dan Pendidikan
Kontrol langsung disekolah bersumber langsung pada sekolah dan guru.
Merekalah yang menentukan kelakuan yang bagaimana yang diharapkan murid-murid. Dalam
hal guru menghadapi situasi yang tidak jelas dituangkan dalam bentuk peraturan,
ia harus berunding dengan kepala sekolah.
Tujuan kontrol bermacam-macam. Pada satu pihak diinginkan perubahan,
pembangunan perluasan mobilitas sosial, dilain pihak ada usaha untuk
mempertahankan status dan melestarikan norma-norma budaya yang ada. Alat
kontrol yang digunakan antara lain berupa syarat pemilihan dan pengangkatan
guru, serta peraturan-peraturan kepegawaian. Kontrol eksternal itu biasanya
diterima dan disetujui oleh guru-guru dan diinternalisasikan dalam sikap mereka
lalu menjadi norma yang dijadikan pegangan dalam kelakuan dan tindakan mereka
sebagai pengajar (Zubaedi. 2000: 34).
G. Perubahan Sosial dan Pendidikan
Kecepatan perubahan sosial dalam berbagai masyarakat tentu berbeda-beda. Perubahan
dalam masyarakat terpencil berjalan lambat, akan tetapi bila dengan terbukanya
komunikasi dan trasportasi daerah itu berkenalan dengan dunia modern, maka
masyarakat ini akan berkembang dengan lebih cepat. Ada aspek-aspek kebudayaan
seperti adat istiadat yang telah disampaikan secara turun-temurun dalam bentuk
aslinya, akan tetapi banyak pula adat kebiasaan yang mengalami perubahan,
terutama dalam masyarakat modern.
Adapun faktor pendorong perubahan sosial, menurut beberapa
ahli adalah :
1.
Menurut Alvin Betrand, awal dari proses
perubahan sosial adalah komunikasi yaitu penyampaian ide, gagasan, nilai,
kepercayaan, keyakinan dan sebagainya, dari satu pihak ke pihak lainnya
sehingga dicapai kata kesepahaman.
2.
Menurut David Mc Clelland, dorongan
untuk perubahan adalah adanya hasrat meraih prestasi (need for achievement)
yang melanda masyarakat.
3.
Menurut Prof. Soerjono Soekanto, perubahan
sosial disebabkan oleh faktor intern dalam masyarakat itu dan faktor
ekstern.
-
Faktor Intern antara lain:
a.
Bertambah dan berkurangnya penduduk
(kelahiran, kematian, migrasi).
b.
Adanya Penemuan Baru:
·
Discovery: penemuan ide atau alat
baru yang sebelumnya belum pernah ada
·
Invention: penyempurnaan penemuan
baru.
·
Innovation/Inovasi: pembaruan atau
penemuan baru yang diterapkan dalam kehidupan masyarakat sehingga menambah,
melengkapi atau mengganti yang telah ada. Penemuan baru didorong oleh kesadaran
masyarakat akan kekurangan unsur dalam kehidupannya, kualitas ahli atau anggota
masyarakat
·
Konflik yang terjadi dalam
masyarakat.
·
Pemberontakan atau revolusi.
-
Faktor Ekstern antara lain:
a.
Perubahan alam.
b.
Peperangan.
c.
Pengaruh kebudayaan lain melalui
difusi (penyebaran kebudayaan), akulturasi (pembauran antar budaya yang masih
terlihat masing-masing sifat khasnya), asimilasi (pembauran antar budaya yang
menghasilkan budaya yang sama sekali baru, batas budaya lama tidak tampak lagi).
Jadi menurut Soerjono Soekanto faktor pendorong
perubahan sosial adalah:
1.
Sikap menghargai hasil karya orang
lain.
2.
Keinginan untuk maju.
3.
Sistem pendidikan yang maju.
4.
Toleransi terhadap perubahan.
5.
Ketidakpuasan masyarakat terhadap
bidang kehidupan tertentu.
6.
Orientasi ke masa depan.
7.
Sikap mudah
menerima hal baru
(Soekanto. 2006: 64).
H. Pendidikan sebagai Daya Pengubah
Pendidikan berfungsi untuk menyampaikan, meneruskan atau mentransmisi
kebudayaan, diantaranya nilai-nilai luhur nenek moyang, kepada generasi muda.
Dalam hal ini sekolah merupakan “agent of change” (lembaga pengubah). Sekolah
mempunyai fungsi trasformatif akan tetapi dalam norma-norma sosial, seperti
sturktur keluarga, agama, filsafat bangsa, sekolah cenderung mempertahankan
yang lama dan dengan demikian mencegah terjadinya perubahan yang dapat
mengancam keutuhan bangsa (Soekanto. 2006: 68).
I. Pendidikan dan Pembaharuan
Masyarakat
Ada para pendidik yang menaruh kepercayaan yang besar sekali akan kekuasaan
pendidikan dalam membentuk masyarakat baru. Karena itu setiap anak diharapkan
memasuki sekolah dan dapat diberikan ide-ide baru tentang masyarakat yang lebih
indah dari pada yang sudah-sudah (Soekanto. 2006: 69).
Tak dapat diharapkan bahwa guru-gurulah yang akan mengambil inisiatif untuk
mengadakan reformasi, oleh sebab guru itu sendiri diangkat oleh pihak yang
berkuasa dan telah menerima norma-norma yang dipersyaratkan oleh atasannya.
Tentu saja sekolah dapat digunakan oleh yang berkuasa untuk mengadakan perubahan-perubahan radikal yang diinginkan oleh pihak yang berkuasa itu, seperti dilakukan oleh Hitler di Jerman partai komunis di Uni Sovyet , Jepang didaerah jajahan dulu dan sebagainya.
Tentu saja sekolah dapat digunakan oleh yang berkuasa untuk mengadakan perubahan-perubahan radikal yang diinginkan oleh pihak yang berkuasa itu, seperti dilakukan oleh Hitler di Jerman partai komunis di Uni Sovyet , Jepang didaerah jajahan dulu dan sebagainya.
Perubahan-perubahan itu antara lain tercermin dalam perubahan dan
pembaharuan kurikulum dan sistem pendidikan peralihan dari zaman kolonial ke
zaman kemerdekaan memerlukan berbagi perubahan kurikulum.
J. Peranan
Pendidikan Dalam Masyarakat
Sebagian besar
masyarakat modern memandang lembaga-lembaga pendidikan sebagai peranan kunci
dalam mencapai tujuan sosial. Pemerintah
bersama orang tua telah menyediakan anggaran pendidikan yang diperlukan secara
besar-besaran untuk kemajuan sosial dan pembangunan bangsa, untuk
mempertahankan nilai-nilai tradisional yang berupa nilai-nilai luhur yang harus
dilestarikan seperti rasa hormat kepada orang tua, kepada pemimpin kewajiban
untuk mematuhi hukum-hukum dan norma-norma yang berlaku, jiwa patriotisme dan
sebagainya
(Nasution. 1994: 54).
Pendidikan juga
diharapkan untuk memupuk rasa takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan
kemajuan-kemajuan dan pembangunan politik, ekonomi, sosial dan pertahanan
keamanan. Pendek kata pendidikan dapat diharapkan untuk mengembangkan wawasan
anak terhadap ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan
keamanan secara tepat dan benar, sehingga membawa kemajuan pada individu
masyarakat dan negara untuk mencapai tujuan pembangunan nasional.
Berbicara tentang fungsi dan peranan pendidikan dalam
masyarakat adalah:
1. Fungsi Sosialisasi
Di dalam masyarakat pra industri,
generasi baru belajar mengikuti pola perilaku generasi sebelumnya tidak melalui
lembaga-lembaga sekolah seperti sekarang ini. Pada masyarakat pra industri
tersebut anak belajar dengan jalan mengikuti atau melibatkan diri dalam
aktivitas orang-orang yang telah lebih dewasa. Anak-anak mengamati apa yang
mereka lakukan, kemudian menirunya dan anak-anak belajar dengan berbuat atau
melakukan sesuatu sebagaimana dilakukan oleh orang-orang yang telah dewasa.
Dengan semakin majunya masyarakat, pola
budaya menjadi lebih kompleks dan memiliki diferensiasi antara kelompok
masyarakat yang satu dengan yang lain, antara yang dianut oleh individu yang
satu dengan individu yang lain. Dengan perkataan lain masyarakat tersebut telah mengalami
perubahan-perubahan sosial. Ketentuan-ketentuan untuk berubah ini mengakibatkan
terjadinya setiap transmisi budaya dan satu generasi ke generasi berikutnya
selalu menjumpai permasalahan-permasalahan.
Di dalam suatu masyarakat sekolah telah
melembaga demikian kuat, maka sekolah menjadi sangat diperlukan bagi upaya menciptakan/melahirkan
nilai-nilai budaya baru (cultural reproduction). Dengan
berdasarkan pada proses reproduksi budaya tersebut, upaya mendidik anak-anak
untuk mencintai dan menghormati tatanan lembaga sosial dan tradisi yang sudah
mapan adalah menjadi tugas dari sekolah. Termasuk di dalam lembaga-lembaga
sosial tersebut diantaranya adalah keluarga, lembaga keagamaan, lembaga
pemerintahan dan lembaga-lembaga ekonomi. Di dalam permulaan masa-masa
pendidikannya, merupakan masa yang sangat penting bagi pembentukan dan
pengembangan pengadopsian nilai-nilai ini. Masa-rnasa pembentukan dan
pembangunan upaya pengadopsian ini dilakukan sebelum anak-anak mampu memiliki
kemampuan kritik dan evaluasi secara rasional (Nasution. 1994: 56).
2. Fungsi Kontrol Sosial
Sekolah sebagai lembaga yang berfungsi
untuk mempertahankan dan mengembangkan tatanan-tatanan sosial serta kontrol
sosial mempergunakan program-program asimilasi dan nilai-nilai yang beraneka
ragam, ke dalam nilai-nilai yang dominan yang memiliki dan menjadi pola anutan
bagi sebagian masyarakat.
Sekolah berfungsi untuk mempersatukan
nilai-nilai dan pandangan hidup etnik yang beranekaragam menjadi satu pandangan
yang dapat diterima seluruh etnik. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
sekolah berfungsi sebagai alat pemersatu dan segala aliran dan pandangan hidup
yang dianut oleh para siswa. Sebagai contoh sekolah di Indonesia, sekolah harus
menanamkan nilai-nilai Pancasila yang dianut oleh bangsa dan negara Indonesia
kepada anak-anak di sekolah (Nasution. 1994: 57).
3. Fungsi Pelestarian Budaya Masyarakat
Sekolah di samping mempunyai tugas
untuk mempersatu budaya-budaya etnik yang beraneka ragam juga harus melestarikan
nilai-nilai budaya daerah yang masih layak dipertahankan seperti bahasa daerah,
kesenian daerah, budi pekerti dan suatu upaya mendayagunakan sumber daya lokal
bagi kepentingan sekolah dan sebagainya.
Fungsi sekolah berkaitan dengan
konservasi nilai-nilai budaya daerah ini ada dua fungsi sekolah yaitu pertama
sekolah digunakan sebagai salah satu lembaga masyarakat untuk mempertahankan
nilai-nilai tradisional masyarakat dari suatu masyarakat pada suatu daerah
tertentu umpama sekolah di Jawa Tengah, digunakan untuk mempertahankan
nilai-nilai budaya Jawa Tengah, sekolah di Jawa Barat untuk mempertahankan
nilai-nilai budaya Sunda, sekolah di Sumatera Barat untuk mempertahankan
nilai-nilai budaya Minangkabau dan sebagainya dan kedua sekolah mempunyai tugas
untuk mempertahankan nilai-nilai budaya bangsa dengan mempersatukan nilai-nilai
yang ada yang beragam demi kepentingan nasional (Nasution. 1994: 58).
4. Fungsi Seleksi, Latihan dan Pengembangan Tenaga Kerja
Proses seleksi terjadi di segala bidang
baik akan masuk sekolah
maupun akan masuk pada
jabatan tertentu. Untuk masuk sekolah tertentu harus mengikuti ujian tertentu,
untuk masuk suatu jabatan tertentu harus mengikuti testing kecakapan tertentu.
Sebagai contoh untuk dapat masuk pada suatu sekolah menengah tertentu harus
menyerahkan nllai EBTA Murni (NEM).
Sekolah sebagai lembaga yang berfungsi
untuk latihan dan pengembangan tenaga kerja mempunyai dua hal. Pertama sekolah
digunakan untuk menyiapkan tenaga kera profesional dalam bidang spesialisasi
tertentu. Untuk memenuhi ini berbagai bidang studi dibuka untuk menyiapkan
tenaga ahli dan terampil dan berkemampuan yang tinggi dalam bidangnya. Kedua
dapat digunakan untuk memotivasi para pekerja agar memiliki tanggung jawab terhadap
kanier dan pekerjaan yang dipangkunya.
Sekolah mengajarkan bagaimanan menjadi
seorang yang akan memangku jabatan tertentu, patuh terhadap pimpinan, rasa
tanggung jawab akan tugas, disiplin mengerjakan tugas sesuai dengan aturan yang
telah ditetapkan. Sekolah juga mendidik agar seseorang dapat menghargai harkat
dan martabat manusia, memperlakukan manusia sebagai manusia, dengan
memperhatikan segala bakat yang dimilikinya demi keberhasilan dalam tugasnya.
Sekolah mempunyai fungsi pengajaran,
latihan dan pendidikan. Fungsi pengajaran untuk menyiapkan tenaga yang cakap
dalam bidang keahlian yang ditekuninya. Fungsi latihan untuk mendapatkan tenaga
yang terampil sesuai dengan bidangnya, sedang fungsi pendidikan untuk
menyiapkan seorang pribadi yang baik untuk menjadi seorang pekerja sesuai
dengan bidangnya. Jadi fungsi pendidikan ini merupakan pengembangan pribadi
sosial (Nasution. 1994: 58).
5. Fungsi Pendidikan dan Perubahan Sosial
Pendidikan mempunyai fungsi untuk
mengadakan perubahan sosial mempunyai fungsi, sebagai berikut:
a. Reproduksi budaya
Sekolah berfungsi sebagai reproduksi budaya menempatkan
sekolah sebagai pusat penelitian dan pengembangan. Fungsi semacam ini merupakan
fungsi pada perguruan tinggi. Pada sekolah-sekolah yang lebih rendah, fungsi ini
tidak setinggi pada tingkat pendidikan tinggi.
b. Difusi budaya
Lembaga-lembaga pendidikan disamping berfungsi sebagai
penghasil nilai-nilai budaya baru juga sebagai difusi budaya (cultural diffission).
Kebijaksanaan-kebijaksanaan sosial yang kemudian diambil tentu berdasarkan pada
hasil budaya dan difusi budaya. Sekolah-sekolah tersebut bukan hanya
menyebarkan penemuan-penemuan dan informasi-informasi baru tetapi juga
menanamkan sikap-sikap, nilai-nilai dan pandangan hidup baru yang semuanya itu
dapat memberikan kemudahan-kemudahan serta memberikan dorongan bagi terjadinya
perubahan sosial yang berkelanjutan.
c. Mengembangkan analisis kultural terhadap
kelembagaan-kelembagaan tradisional.
d. Melakukan perubahan-perubahan atau modifikasi tingkat
ekonomi sosial tradisional.
e. Melakukan perubahan-perubahan yang lebih mendasar
terhadap institusi-institusi tradisional yang telah ketinggalan (Nasution. 1994: 59).
6. Fungsi Sekolah dalam Masyarakat
a. Sebagai partner masyarakat
Sekolah sebagai partner masyarakat akan
dipengaruhi oleh corak pengalaman seseorang di dalam lingkungan masyarakat.
Pengalarnan pada berbagai kelompok masyarakat, jenis bacaan, tontonan serta
aktivitas-aktivitas lainnya dalam masyarakat dapat mempengaruhi fungsi
pendidikan yang dimainkan oleh sekolah. Sekolah juga berkepentingan terhadap
perubahan lingkungan seseorang di dalam masyarakat. Perubahan lingkungan itu
antara lain dapat dilakukan melalui fungsi layanan bimbingan, penyediaan forum
komunikasi antara sekolah dengan lembaga sosial lain dalam masyarakat.
Sebaliknya partisipasi sadar seseorang untuk selalu belajar dari lingkungan
masyarakat, sedikit banyak juga dipengaruhi oleh tugas-tugas belajar serta
pengarahan belajar yang dilaksanakan di sekolah.
Fungsi sekolah sebagai partner
masyarakat akan dipengaruhi pula oleh sedikit banyaknya serta fungsional
tidaknya pendayagunaan sumber-sumber belajar di masyarakat. Kekayaan sumber
belajar dalam masyarakat seperti adanya orang-orang sumber, perpustakaan,
museum, surat kabar, majalah dan sebagainya dapat digunakan oleh sekolah dalam
menunaikan fungsi pendidikan (Nasution. 1994: 60).
b. Sebagai penghasil tenaga kerja
Sebagai produser kebutuhan pendidikan
masyarakat sekolah dan masyarakat memiliki ikatan hubungan rasional di antara
keduanya. Pertama, adanya kesesuaian antara fungsi pendidikan yang dimainkan
oleh sekolah dengan apa yang dibutuhkan masyarakat. Kedua, ketepatan sasaran
atau target pendidikan yang ditangani oleh lembaga persekolahan akan ditentukan
pula oleh kejelasan perumusan kontrak antara sekolah selaku pelayan dengan
masyarakat selaku pemesan. Ketiga, keberhasilan penunaian fungsi sekolah
sebagai layanan pesanan masyarakat sebagian akan dipengaruhi oleh ikatan
objektif di antara keduanya.
Ikatan objektif ini dapat berupa
perhatian, penghargaan dan tunjangan tertentu seperti dana, fasilitas dan
jaminan objektif lainnya yang memberikan makna penting eksistensi (Nasution. 1994: 52).
K.
Empat Sumber
Masalah yang terdapat pada masyarakat akan pendidikan
1.
Rendahnya kesadaran multikultural.
2. Penafsiran
otonomi daerah yang masih lemah.
3. Kurangnya
sikap kreatif dan produktif.
4. Rendahnya
kesadaran moral dan hukum (Gunawa. 2000. 43).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Kelakuan manusia pada hakikatnya hampir seluruhnya bersifat sosial, yakni
dipelajari dalam interaksi dengan manusia lainnya. Hampir semua yang kita
pelajari merupakan hasil hubungan kita dengan orang lain dirumah, sekolah,
tempat bermain, pekerjaan dan sebagainya.
2.
Perkembangan manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor yakni faktor
biologis, lingkungan alamiah , dan lingkungan sosial budaya.
3.
Kontrol eksternal itu biasanya diterima dan disetujui oleh guru-guru dan
diinternalisasikan dalam sikap mereka lalu menjadi norma yang dijadikan
pegangan dalam kelakuan dan tindakan mereka sebagai pengajar.
4.
Sebagian besar
masyarakat modern memandang lembaga-lembaga pendidikan sebagai peranan kunci
dalam mencapai tujuan sosial.
DAFTAR
PUSTAKA
Gunawa, H. 2000. Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis tentang Berbagai
Problem
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Hasbullah. 2005. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Nasution, S. 1994. Sosiologi Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Soekanto, Soerjono. 2006. Pengantar Sosiologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Zubaedi. 2000. Pendidikan Berbasis Masyarakat. Jakarta: Pustaka
Pelajar.
mana footnote nya kak?
BalasHapus1xbet korean | Legalbet
BalasHapus1xbet korean. Online Sports Betting. Soccer. Soccer. Cricket. Soccer. Football. deccasino Basketball. 1xbet korean Tennis. Football. Golf. Basketball. งานออนไลน์ Tennis.